Rabu, 30 April 2014

TEMPE YANG MENDUNIA

TEMPE YANG MENDUNIA


Kelangkaan tahu dan tempe yang terjadi saat ini, serta mahalnya harga kedelai impor berujung pada kemarahan para produsen tempe dan tahu. Sementara kedelai lokal tidak dilirik, juga tidak diperhatikan pemerintah dalam budidayanya. Para produsen tempe-tahu mogok memproduksi tempe dan memprotes melambungnya harga kedelai yang merupakan bahan baku utamanya. Tempe ini adalah makanan tradisional Indonesia justru yang terjadi sekarang adalah orang di Indonesianya sendiri sulit cari tempe.

Kelangkaan tempe yang terjadi saat ini bukanlah yang pertama terjadi, telah berulang kali terjadi. Tidak ada kebijakan sungguh-sungguh dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini. Seharusnya masalah ini diselesaikan dengan tuntas agar tidak terjadi lagi di kemudian hari.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mencurigai kuat kenaikan harga kedelai saat ini karena praktik kartel. Walaupun pemerintah meyakini kenaikan harga kedelai akibat kekeringan di Amerika Serikat, “ini disinyalir praktik kartel dalam kenaikan harga kedelai saat ini. Karena kejadiannya sangat mirip apa yang terjadi pada 2007-2008, di mana KPPU menemukan adanya dua perusahaan importir kedelai yang memainkan harga kedelai”, kata ketua Komisioner KPPU Tadjuddin Noer Said kepada Wartawan di Kantor KPPU Pusat Jalan Veteran, Jakarta. (kaskus.co.id, Senin 30/7/2012)

Pasalnya kata Tadjuddin, fenomena kenaikan harga kedelai seperti ini merupakan kondisi ulangan pada 2007-2008. Saat itu harga kedelai kuning dari Amerika menyentuh US$ 600 dan harga jual di gudang importir Rp6.250/ton, tentu saja hal ini sangat berpengaruh terhadap harga kedelai dalam negeri. Ini juga merujuk pada data KPPU pada tahun 2008, di mana 74,66 % pasokan kedelai ke dalam negeri yang di lakukan oleh importir.

Tempe yang mendunia

Tempe merupakan makanan asli bangsa ini, begitu banyak penggemar dan penyuka makanan ini, banyak khasiat dan kandungan gizi di dalamnya. Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolestrol darah, pencegah penyakit jantung, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua usia.

Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak paten).

Perlu diketahui ada beberapa negara yang telah membuat paten atas produk tempe sesuai ciri khas dinegara tersebut. Dua negara yang sudah mendahului yaitu Amerika Serikat dan Jepang. Jika kelangkaan tempe terus terjadi, berpotensi terjadinya klaim serupa yang dilakukan negara lain seperti Malaysia dan Australia. Tempe khas Jepang pun sudah di produksi dalam kapasitas besar.
- See more at: http://www.arrahmah.com/read/2012/08/01/22069-ironi-negeri-tempe.html#sthash.leGKAQIp.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar