Kamis, 19 November 2015

manajemen krisis karena bencana alam

Kasus Bandara Soetta Terbakar, Polisi Bantu Susun SOP Manajemen Krisis
Kasus Bandara Soetta Terbakar, Polisi Bantu Susun SOP Manajemen Krisis

Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten. ANTARA/Widodo S. Jusuf
TEMPO.CO, Jakarta - Kebakaran di JW Sky Lounge di Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) membuat Kementerian Perhubungan bereaksi cepat. Kementerian meminta setiap bandara memiliki standard operating procedure (SOP) for crisis management.

Terkait dengan hal itu, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian mengatakan siap membantu penyusunan SOP itu. "Kami sudah bicara dengan Angkasa Pura II dan siap mendukung serta menyusun SOP itu," kata Tito, Selasa, 7 Juli 2015.

SOP ini, kata Tito, bisa berisi pembentukan tim kecil yang harus segera bertindak ketika terjadi situasi krisis. "Dari menginventarisasi peristiwanya, pengorganisasian cara bertindak, sampai siapa berbuat apa," katanya.

Dengan adanya SOP ini, Tito yakin penanganan terhadap situasi krisis bisa lebih baik. "Peristiwa dapat ditangani lebih cepat. Seperti mitigasi," ujarnya.

Apalagi Soekarno-Hatta merupakan salah satu bandara berpengaruh di Indonesia. "Bandara ini merupakan pusat. Jika terjadi sesuatu, akan memberi efek bola salju kepada bandara lain," kata Tito.

Contohnya kebakaran pada Minggu lalu yang membuat puluhan penerbangan terganggu. Pesawat dari Surabaya menuju Jakarta pun tak bisa diberangkatkan.
analisis
Upaya Penanggulangan Krisis
Manajemen dapat menanggulangi dengan melakukan langkah-langkah berikut ini.
       1. Peramalan krisis (forcasting)
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, manajemen krisis bertujuan untuk menekan faktor-faktor resiko dan faktor ketidakpastian seminimal mungkin. Setiap perusahaan menghadapi masa depan yang selalu berubah dan arah perubahannya tidak bisa diduga (uncertainty condition). Untuk itu peramalan terhadap krisis (forcasting) perlu dilakukan pada situasi pra-krisis. Hal ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan menganalisa peluang (opportunity) dan ancaman  (threat) yang terjadi di dunia bisnis. Untuk memudahkannya manajemen dapat melakukan peramalan (forcasting) dengan memetakan krisis pada peta barometer krisis.
2  Pencegahan krisis (prevention)
Langkah-langkah pencegahan sebaiknya diterapkan pada situasi pra-krisis. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya krisis. Namun, jika krisis tidak dapat dicegah, manajemen harus mengupayakan agar krisis tidak jika kelak krisis betul-betul terjadi. Untuk itu, begitu terlihat tanda-tanda krisis, segera arahkan ke tahap penyelesaian.
3  Intervensi krisis (intervantion)
Langkah intervensi dalam situasi krisis bertujuan untuk mengakhiri krisis. Pengendalian terhadap kerusakan (damage control) dilakukan pada tahap akut. Langkah-langkah pengendalian terhadap kerusakan diawali dengani identifikasi, isolasi/pengucilan, membatasi/limitation, menekan/reduction, dan dan diakhiri dangan pemulihan/recovery.

Krisis tidak selalu bersifat negatif tetapi juga dapat berkembang ke arah yang positif. Oleh karena itu, yang harus dikelola adalah faktor resiko dan faktor ketidakpastiannya agar kelangsungan perusahaan dapat diperkirakan.
sumber
http://prfirst.blogspot.co.id/2011/01/manajemen-krisis.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar